Sabtu, 02 November 2013

Nationalism

         Aku berjalan diatas trotoar, sore itu terasa sejuk selepas hujan deras 1 jam yang lalu. Jalanan basah dan licin. Sangat bersyukur sekali diberi kesempatan berlibur ke negara tetangga, walau rasanya sedikit janggal sebab beberapa hari yang lalu aku dan bangsa di negeriku merayakan hari kemerdekaan negeri tercintaku, Indonesia. :)
 
        Sembari menyusuri trotoar di pinggir jalan, mataku mengamati sekeliling suasana negeri ini selepas hujan. Aku tertarik pada satu pemandangan unik. Dari selokan dibawah trotoar, keluar dengan lincah makhluk berekor panjang berbulu lebat, tikus. Ukurannya besar, melebihi ukuran terbesar tikus yang pernah kulihat secara langsung! Wah, ternyata makmur juga tikus disini. Bagaimana dengan “tikus” di Indonesia? Mungkin lebih makmur :)
 
           Tahukah sobat, kemana aku berkunjung? Negeri tetangga, negeri jiran. Negara dengan motif bendera bintang ini selalu menjadi topik pembicaraan dalam perdebatan tentang perebutan lagu daerah, kebudayaan, batik, dan putri yang ditukar, eh, pulau yang direbut.. ckck

            Sore itu aku merasa bosan dengan satu hal, kau tahu apa itu sobat? Bendera Malaysia.  -_-“   Sebab dimana-mana pasti berkibar kain berbagai ukuran dengan motif bintang dan lurak lurik merah putih itu. Entah itu di teras apartemen, di pinggir jalan, di rumah makan, bahkan ada di depan jendela, aku fikir yang ini bisa sekalian jadi gorden :D hahaha

           Mereka selalu membanggakan negeri mereka yang sebetulnya, tidak lebih berpotensi dari negeri kita. Ada banyak hal yang bisa dibanggakan dari negeri tercinta kita, Indonesia. Namun sayang semuanya tertutupi oleh egoisme beberapa pihak dan (mungkin) kurangnya sosialisasi pariwisata Indonesia.

             Teringat lagi sewaktu pertama kali tiba di bandara di Kuala Lumpur. Begitu menutup pintu taksi yang membawa aku, orang tuaku dan adik2ku keluar dari bandara menuju kota, terdengar lantunan lagu yang sudah tak asing lagi, lagu berjudul Aku yang Tersakiti – Judika. Lantunan musik asli asal Indonesia itu ternyata populer disana. Bahkan lantunan lagu tersebut didengarkan melalui siaran Radio Malaysia yang pastinya didengar oleh orang2 disana. Jadi teringat kalau ada lagi hal yang lucu: Group band Peterpan, dulu juga sempat sangat populer di negara dengan sistem pemerintahan parlementer tersebut, tapi kenapa bangsa Indonesia sendiri masih banyak yang tidak menyatu dengan kepribadian Negara Indonesia?

            Yah, mau bagaimana lagi, mereka 'belum' mengklaim seni musik modern di Indonesia kan? Walaupun Batik juga sudah diklaim >.<

                Itulah dilema negara yang bertetangga tapi saling adu jontos satu sama lain. Melalui klaim, dan peperangan etika juga sangat memenuhi komunikasi antar kedua negara tersebut. Sudahlah, untuk lebih baik lagi kedepannya, sebagai mahasiswa, kita bisa menentukan mana yang terbaik bagi bangsa dan negara ini, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar