Sabtu, 16 November 2013

Lajur Satu Arah, Kebijakan yang Diujicobakan


Rabu, 6 Nopember 2013
Uji Coba Lajur satu arah sudah mulai diterapkan di lingkungan sekitar Universitas Brawijaya dengan pusat putaran satu arah pada kampus terpadu Universitas Brawijaya
Secara holistic (jadi inget kuliah K3), peraturan diberlakukannya lajur satu arah tersebut memang berpengaruh terhadap tatanan kota secara keseluruhan yang juga memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai aspek disamping dari pada aspek kepentingan urgensi melewati jalan sebagai lajur transportasi utama. Ya, sekali lagi secara holistic, hal tersebut bertujuan untuk kepentingan menyeluruh berbagai pihak, tanpa memenuhi kepentingan dan egoism sepihak, namun justru melatih diri untuk bersikap disiplin, menghormati orang lain dan tidak bertindak egois. Kok bias? Yok disimak ;)



Memang, lajur satu arah dibuat agar tatanan kota lebih teratur dan meminimalisir kemacetan yang kemungkinan besar dapat terjadi terutama pada pagi hari dan jam-jam sibuk kerja. Namun di sisi lain, beberapa pihak, terutama mahasiswa, mengeluhkan lajur satu arah ini dikarenakan jalur tempuh menuju lokasi kampus menjadi lebih sulit dijangkau dan lebih jauh jarak tempuhnya.
Tidak hanya mahasiswa. Di sepanjang jalan MT Haryono yang merupakan salah satu titik pusat kemacetan lalu lintas hingga kawasan Sumbersari, terpajang berbagai poster dan spanduk penolakan terhadap peraturan baru yang sudah mulai di uji cobakan tersebut, oleh masyarakat yang tinggal di daerah sekitar MT Haryono. Bahkan di beberapa spanduk tertulis “Rakyat Kecil MENOLAK Lajur Satu Arah !” sehingga menimbulkan berbagai opini bagi setiap kalangan yang membacanya, termasuk saya.
Miris juga, di satu sisi, masyarakat ingin lalu lintas ditempuh lebih simple dan sederhana namun, tidak memperhatikan kemacetan yang ditimbulkan. Tetapi di sisi lain, masyarakat yang menyetujui dan sah sah saja menerima peraturan baru tersebut tidak begitu perduli atau bahkan, bersyukur karena lalu lintas yang dilalui tidak macet. Nah, kaum opsi ke-2 inilah yang notabene-nya selalu menggunakan kendaraan pribadi roda empat untuk menempuh perjalanan ke tempat tujuan.
Lajur satu arah yang diberlakukan (hingga saat ini menurut pengamatan saya, adm.) sudah bias dikatakan berhasil mengurangin kemacetan. Sebetulnya, itulah yang diharapkan sebagian besar masyarakat walaupun, lajur yang ditempuh harus lebih jauh mengitari kampus terpadu Universitas Brawijaya. Selain itu, jauhnya jalur yang ditempuh membuat sebagian masyarakat belum terbiasa namun tetap harus memperhatikan jadwal keberangkatan. Hal tersebut secara tidak langsung melatih kedisiplinan kita dalam mengatur jadwal keberangkatan menuju tempat tujuan, agar diharapkan, tidak terjadi meledaknya emosi di perjalanan akibat macet ataupun lajur tempuh yang lebih jauh dari pada biasanya.
Berarti (bisa jadi, bisa jadi), orang-orang yang mengeluhkan lajur satu arah masih belum dapat beradaptasi dengan manajemen waktu yang baru yang lebih efektif. Mungkin saja sejumlah masyarakat belum dapat beradaptasi dengan lajur tempuh yang baru mengingat perubahan peraturan lalu lintas tersebut sangat berpengaruh terhadap kawasan utama kepadatan lalu lintas dan Jalan Protokol Soekarno Hatta.
Sebenarnya tatanan kota seperti itulah yang dibutuhkan untuk mebuat Kota Malang menjadi lebih disiplin, rapi, teratur, tidak terjadi kemacetan, mengurangi dampak pemanasan global akibat macet.
Mungkin ini masih pernyataan yang kontroversional. Saya belum membahas dari sisi masyarakat yang menolak peraturan yang diujicobakan tersebut. Belum dapat saya analisa apa dan bagaimana opini mereka. Saran saya, kalau memang masyarakan di daerah MT Haryono sebagian besar mengeluhkan peraturan tersebut, mungkin karena satu arah menuju Kota Batu juga sulit dijangkau, saya harap dapat mempersiapkan diri baik dari segi materiil, waktu dan keikhlasan, untuk menerima peraturan tersebut sebagai kebaikan bersama.
Sedikit solusi musyawarah antara pemegang kepentingan peraturan dengan pemegang amanah masyarakat, terutama masyarakat di daerah MT Haryono, perlu di agendakan mengingat hal ini merupakan permasalahan yang urgent dan membutuhkan kesepakatan bersama. Sehingga, pemerintah dan pemegang kepentingan tidak hanya memutuskan sendiri hasil uji coba tersebut, tetapi juga ada transparasi dari pihak mereka terhadap masyarakat.
Siap memiliki kota dengan tatanan yang rapih? Berarti Anda juga harus siap memanajemen waktu lebih baik lagi dan, melatih kedisiplinan. (AE) 

Sabtu, 02 November 2013

Nationalism

         Aku berjalan diatas trotoar, sore itu terasa sejuk selepas hujan deras 1 jam yang lalu. Jalanan basah dan licin. Sangat bersyukur sekali diberi kesempatan berlibur ke negara tetangga, walau rasanya sedikit janggal sebab beberapa hari yang lalu aku dan bangsa di negeriku merayakan hari kemerdekaan negeri tercintaku, Indonesia. :)
 
        Sembari menyusuri trotoar di pinggir jalan, mataku mengamati sekeliling suasana negeri ini selepas hujan. Aku tertarik pada satu pemandangan unik. Dari selokan dibawah trotoar, keluar dengan lincah makhluk berekor panjang berbulu lebat, tikus. Ukurannya besar, melebihi ukuran terbesar tikus yang pernah kulihat secara langsung! Wah, ternyata makmur juga tikus disini. Bagaimana dengan “tikus” di Indonesia? Mungkin lebih makmur :)
 
           Tahukah sobat, kemana aku berkunjung? Negeri tetangga, negeri jiran. Negara dengan motif bendera bintang ini selalu menjadi topik pembicaraan dalam perdebatan tentang perebutan lagu daerah, kebudayaan, batik, dan putri yang ditukar, eh, pulau yang direbut.. ckck

            Sore itu aku merasa bosan dengan satu hal, kau tahu apa itu sobat? Bendera Malaysia.  -_-“   Sebab dimana-mana pasti berkibar kain berbagai ukuran dengan motif bintang dan lurak lurik merah putih itu. Entah itu di teras apartemen, di pinggir jalan, di rumah makan, bahkan ada di depan jendela, aku fikir yang ini bisa sekalian jadi gorden :D hahaha

           Mereka selalu membanggakan negeri mereka yang sebetulnya, tidak lebih berpotensi dari negeri kita. Ada banyak hal yang bisa dibanggakan dari negeri tercinta kita, Indonesia. Namun sayang semuanya tertutupi oleh egoisme beberapa pihak dan (mungkin) kurangnya sosialisasi pariwisata Indonesia.

             Teringat lagi sewaktu pertama kali tiba di bandara di Kuala Lumpur. Begitu menutup pintu taksi yang membawa aku, orang tuaku dan adik2ku keluar dari bandara menuju kota, terdengar lantunan lagu yang sudah tak asing lagi, lagu berjudul Aku yang Tersakiti – Judika. Lantunan musik asli asal Indonesia itu ternyata populer disana. Bahkan lantunan lagu tersebut didengarkan melalui siaran Radio Malaysia yang pastinya didengar oleh orang2 disana. Jadi teringat kalau ada lagi hal yang lucu: Group band Peterpan, dulu juga sempat sangat populer di negara dengan sistem pemerintahan parlementer tersebut, tapi kenapa bangsa Indonesia sendiri masih banyak yang tidak menyatu dengan kepribadian Negara Indonesia?

            Yah, mau bagaimana lagi, mereka 'belum' mengklaim seni musik modern di Indonesia kan? Walaupun Batik juga sudah diklaim >.<

                Itulah dilema negara yang bertetangga tapi saling adu jontos satu sama lain. Melalui klaim, dan peperangan etika juga sangat memenuhi komunikasi antar kedua negara tersebut. Sudahlah, untuk lebih baik lagi kedepannya, sebagai mahasiswa, kita bisa menentukan mana yang terbaik bagi bangsa dan negara ini, bukan?

Miqdad Addausy dan "Bangun Lagi Dong, Lupus!"


Haii..
Aku mau cerita sedikit tentang tokoh favoritku yang.. keren lah pokoknya.. walaupun tokoh favorit utama kita yang paling, paling, dan paling utama adalah Rasulullah SAW J kekagumanku pada tokoh favorit yang satu ini tidak melebihi Rasulullah J
Pernah liat orang keren ini?


Yuhuu ~ Namanya, kak Miqdad Addausy, dia pemeran utama dalam Film: Bangun Lagi Dong Lupus.
Kak Miqdad Addausy… :D aku ngefans sama kakak. Pantes banget meranin karakter Lupus. Jangan-jangan karakter Kakak juga kayak Lupus yaa J :3
Eits, jangan salah.. aku bukan jatuh cinta sama orangnya, tapi aku jatuh cinta sama KARAKTER Lupus yang dia perankan.. :3
Bangun Lagi dong Lupus. Film recommended untuk remaja masa kini. Walaupun itu film daur ulang, bukan berarti modernisasi ga ada di dalamnya. Bahkan film ini menggambarkan masa kini secara realistis namun tetap bernuansa sopan dan Indonesia banget! Ga kayak film horror Indonesia yang full hot dan sensasional, jorok ah.
Film daur ulang ini disponsori oleh Kementrian Kehutanan dan banyak unsur pendidikan dan psikologisnya. Eits, jangan salah, ga seperti yang lo lo pada bayangin kalau film ini membosankan (mentang-mentang ada unsur pendidikannya). Salah. Film ini justru benar-benar remaja banget, dan remember: GAK 4L4Y kayak remaja modern yang nikung jalannya.
Intinya, film bangun Lagi Dong Lupus recommended banget buat kalian semua! Ada banyak manfaat dan ilmu psikologi manusia yang bias kita ambil, walaupun nih film sebetulnya udah ada pas jamannya Rano Karno.
Yup! Film ini diangkat dari sebuah novel karya bang Hilman Hariwijaya. Novel Lupus pertama diterbitkan pada tahun 1986 berjudul Lupus 1: Tangkaplah Daku Kau Kujitak.
Lupus memiliki teman-teman seperti Boim, Gusur, Anto, Aji, Fifi, Adi Darwis, Gito (teman masa dewasanya). Iko-iko, Pepno, Happy, Uwi dan masih banyak lagi.
Nah.. Lupus modern di 2013 ini beda lagi ceritanya, tapi ikonnya tetep sama. Lupus dalam film Bangun Lagi Dong Lupus punya karakter yang lebih keren, hidup, nyesuaian zaman 2013 (Y). Si Poppy yang jadi pemeran lawannya diperankan oleh Acha Septriasa. Kisahnya, mereka berteman, bahkan bersahabat, dan sebetulnya complicated. Poppy yang ditugaskan oleh Pak Kepala SMA Merah Putih untuk menyelesaikan deadline lomba Majalah Sekolah Nasional sedang dilanda kegalauan karena pacarnya yang sedang dekat dengan artis cantik. Tapi, Lupus dan kawan-kawannya turut membantu Poppy dalam menyelesaikan deadline, dan kebetulan saja, Lupus sedang menyelesaikan proyek lomba Green House nya oleh Kementrian Lingkungan Hidup, sehingga dapat diliput dalam majalah sekolah. Tetapi keadaan menjadi lebih kacau.. ketika Poppy menyadari dirinya telah jatuh cinta pada Lupus ! Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Penasaran? Liat aja langsung filmnya, hehehe :D


Ada satu kalimat yang sangat saya sukai dari 2 pemeran utama di film "Bangun Lagi Dong Lupus" ini. Yaitu ketika Lupus ditanya oleh Poppy tentang kenapa ia suka mengunyah permen karet? Lalu dengan gayanya yang santai Lupus menjawab: "Lebih baik mengunyah permen karet dong, dari pada merokok" :)

Dan.. satu lagi kalimat yang dilontarkan Poppy ketika keduanya terjebak hujan dan saat itu pula terdengar adzan maghrib, lalu Lupus khawatir mereka tidak bisa sholat. Dengan senyum Poppu bersiap menengadahkan jaketnya untuk menutupi kepala dan Lupus pun bertanya "Mau kemana Pop?", dengan senyum lagi Poppy menjawab: "takut hujan, atau takut sama Allah?" :)

Precious words in precious moment ;)