Minggu, 21 Desember 2014

5 Cara agar Jurnal Terindeks di SCOPUS

Re- Post dari site:


REP | 21 December 2014 | 17:24 

Ketika berita tentang Hakim MK sibuk di media-media. Kami di Hotel Century  Atlet Senayan, sibuk membahas Jurnal agar terindeks di Scopus ataupun Thomson Reuters.
Melupakan  sejenak ke”negatifan” salah satu anak bangsa di negeri tercinta ini, saya masih dapat merasakan debar di dada ketika pembukaan acara National Symposium of  Quality Journal yang diselenggarakan Prasetya Mulya pada 3-4 Oktober 2013 ini ketika lagu  ” Padamu Negeri” diperdengarkan sebagai back sounddari presentasi pembukaan acara.
Betapa tidak, ketika anak bangsa yang lain sibuk menegakkan hukum pada Si Ahli Hukum, sementara di acara tersebut sejumlah 254 pakar pendidikan dari 178 universitas di seluruh Indonesia, hadir.
Untuk apa?
Tidak membahas Akil Mochtar, tidak membahas KPK, tapi membahas Jurnal Penelitian yang harus bisa terindeks di dunia penelitian internasional.
Baiklah, Bangsa ini masih punya kesibukan lain, yaitu move on.
Banyak hal yang harus diperhatikan jika kita ingin mengindeks jurnal kita yang belum terakreditasi DIKTI apalagi terindeks secara internasional.
Berkumpul dengan 254 peserta yang sibuk dengan tulisan mereka di jurnal-jurnal, mengusahakan secara benar dan baik dan optimal agar riset di Indonesia dapat dikenal di dunia internasional, sibuk membenahi riset dan tata penulisan. Itu yang kami lakukan.
Pembicara-pembicara yang hadir adalah dari DIKTI, LIPI, Scopus, Thomson Reuters, ITB, CSIS, IRJBS, Prasetya Mulya. Semua bagus-bagus.
Dr. Istadi dari Universitas Diponegoro memberikan cara-cara teknis yang mudah dipahami peserta. Bagaimana cara yang mudah mengindeks Jurnal. Indeksasi Jurnal  misalnya: Google Scholar, DOAJ, Portal Garuda DIKTI, EBSCO, CrossRef/DOI, Scopus, Thomson Reuters.
1. Google Scholar
a. Login ke email Gmail, buat akun baru “namajurnalanda@gmail.com”
b. Buka Google Scholar di htt[://scholar.google.com
c. Klik di My Citations
d. Buat dulu Profilnya serta lakukan verifikasi
e. Isikan Metadata untuk Profil Per parper
Apakah metadata itu? Metadata berisi: judul, Abstrak, nama penulis, dan keywords”
2. DOAJ
a. buka portal DOAJ
b. Jurnal harus sudah open Access
c. Portal kita buat dalam bahawa inggris walaupun artikel-artikel jurnal kita berbahasa indonesia
d. Title dan lainnya harus berbahasa inggris.
3. SCOPUS dan Thomson Reuters
buka www.scopus.com
a. Adanya peer- reviewed
b. Keberkalaan jurnal yang kontinyu dan tidak terputus
c. Referen in Roman Script and English Language. Khususnya pada Abstract dan Title (walaupun isi jurnal berbahasa lain seperti Arab ataupun Indonesia)
d. Hindari Publication Ethics artinya plagiarisme
e. Pastikan multikultural pada tiap editor, reviewer, writer kalo bisa dari 5 benua (Amerika, Australiam, Asia, Eropa, dan Afrika)
4. DOI
buka pada http://dx.doi.org/10.9767/bcrec.8.1.4394.14-33
Selain Pemaparan menarik dari Bapak Istadi Juga terdapat pemaparan menarik dari Ibu Shafiah F. Muhibat seorang Chief Editor dari Indonesia Quarterely (IQ) di lembaga non profit CSIS (Centre for Strategic and International Studies)
Beliau menuturkan bahwa IQ itu tidak online karena memang targetnya untuk dijual ke masyarakat berupa terbitan cetak, padahal ada 2016 DIKTI sudah akan mengubah kebijakan enerbitan jurnal ilmia di Indonesia harus melalui Online dan tidak cetak lagi, agar mudah dipantau, mudah diakses berbagai pihak, mudah dinilai dan murah.
IQ memiliki 250 pelanggan setia yang berasal dari 175 pelanggan luar negeri dan 75 pelanggan luar negeri.  Terbit 4 kali dalam setahun sejak 1972, jadi sudak ada 162 volume sampai tahun 2013 ini.
Selain isi materi yang menarik di acara tersebut, para peserta yang bertanya pun memiliki pertanyaan yang kritis dan masukan yang bagus, salah satunya adalah : kenapa jurnal-jurnal kita harus terindeks di SCopus atu Thomson, bukankah kita juga bisa mengindeks secara mandiri dengan akreditasi dan penilaian dari Indonesia? Pertanyaan ini dijawab dengan bijaksana oleh Dr. I. Istadi bahwa saat ini jurnal di Indonesia jika ingin terindeks atau dinilai oleh internasional lembaga atau organisasi yang menaungi dan etama melakukannya adalah Scopus. Sementara ini kita hanya bisa mengikuti aturan mereka saja. Jika nanti Indonesia mau mebuat sistem indeksasi sendiri itu dipersilakan.
Peserta juga menyarankan agar seluruh peserta yang ikut acara ini bergabung dalam satu milist yaitu milist Pengelola Jurnal Indonesia. Agar info-info terbaru mengenai jurnal dapat terus dipantau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar